Ini Tips Bagi Orangtua Dampingi Anak Hadapi Kurikulum Baru

Written By Juhernaidi on Senin, 15 September 2014 | 11:21:00 PM

Tahun ini,  anak-anak sekolah serentak menggunakan kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013.  Sampai hari ini, penerapan kurikulum baru tersebut  menuai berbagai kritik dari para pendidik maupun orang tua murid.  Mulai dari kekacauan distribusi buku, pelatihan guru yang tidak efektif, sistem penilaian yang membingungkan, dan minimnya persiapan yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar dengan suasana baru iniorangtua harus berperan aktif untuk mendampingi anak agar tidak panik dan bisa  berprestasi semaksimal mungkin, serta tetap menjadi pribadi muslim yang taat.

Selayang Pandang Tentang Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 berbasis kompetensi ini berbeda dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kurikulum 2006. Kurikulum 2013 lebih banyak menerapkan praktek dalam proses belajar-mengajar, mengedepankan penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi, sehingga diharapkan mampu menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif.

Materi pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar berupa kajian tematik yang tercakup di semua mata pelajaran.  Dimana pelajaran fisika, kimia, dan biologi dijadikan satu. Begitu juga pelajaran sejarah, ekonomi, dan geografi. Sedangkan pelajaran murni seperti matematika dan bahasa tak ada percabangannya.

Pelaksanaan Kurikulum dilaksanakan melalui Pendekatan Scientific, yang menekankan pada lima  aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan komunikasi. Pada Kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya saja dikurangi takarannya.  Siswa dituntut lebih aktif dalam segala masalah, dengan mengamati sendiri fenomena yang terjadi, sehingga dapat menghadirkan angan menjadi nyata.

Selama ini proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan apakah.  Di Kurikulum 2013 yang sangat berperan adalah pertanyaan mengapa dan bagaimana.  Siswa digiring untuk menelaah, mencari-cari serta menanyakan semua permasalahan yang menganjal.  Siswa yang aktif inilah yang dituntut dalam Kurikulum 2013. Siswa harus bertanya!

Siswa dituntut untuk mencoba sendiri dan ikut terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru.  Sehingga mereka sadar bahwa materi  yang dipelajarinya penting dalam kehidupannya sehari-hari.  Jadi tujuannya bukan sekedar mengejar nilai.

Siswa diajak menalar untuk dapat mencerna materi dengan baik, memilah baik buruk, lalu mendapatkan kesimpulan.  Mereka tidak akan dapat menalar jika pelajaran terasa memberatkan.  Oleh karena itu, siswa diajak menikmati dan berkonsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.

Siswa juga didorong agar mampu mengkomunikasikan semua permasalahan, dengan cara mempresentasikan hasil kerjanya.  Jadi, siswa mampu memahami dan menjalankan materi ajar dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan bahwa indikator keberhasilan kurikulum ini bisa dilihat dari ketersediaan buku dan kualitas tenaga pengajar.  Tidak ada masalah pada guru tentang penguasaan materi Kurikulum 2013.  Karena materinya tetap sama, hanya pengemasannya yang harus dibuat lebih interaktif dengan melibatkan banyak pengamatan oleh siswa sendiri.

Sifat kurikulum 2013 adalah pendidikan berbasis karakter. Penilaiannya menitikberatkan pada karakter dengan proporsi 60 persen karakter dan 40 persen akademis.  Guru harus mencermati karakter tiap-tiap murid agar bisa memberi nilai dengan adil.

Peran Orangtua
 

Tumbuhkan budaya diskusi untuk mendorong anak berani mengeluarkan pendapat.  Mulailah dengan banyak bertanya tentang hal-hal sederhana, sehingga anak terbiasa untuk bicara sesuai dengan pengalaman dan penilaiannya sendiri.

Ajak anak bermusyawarah untuk mencari solusi dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga anak belajar berpikir solutif, kreatif dan bisa menghargai adanya perbedaan pendapat yang akan terjadi tetapi anak berani mengungkapkan buah pikirannya.

Biasakan anak mandiri melakukan kegiatan sehari-hari sendiri.  Berilah kepercayaan kepada anak untuk melakukan banyak hal yang sesuai dengan kemampuan motorik menurut usia anak.  Orangtua jangan terlalu cepat memberikan bantuan, tetapi tunggulah sampai anak memang benar-benar memerlukan bantuan.  Tingkatkan terus kemampuan anak dalam melakukan banyak hal.

Tanamkan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.  Merapikan dan menyiapkann buku-buku pelajarannya, merapikan mainannya, menghafal Alquran, mengerjakan PR, membaca dan mencari informasi yang diperlukan untuk tema yang sedang dipelajarinya di sekolah, memakai baju seragam dan sepatu, merapikan kamarnya, menjaga kebersihan dan kerapihan rumah, dan lain-lain.

Tanamkan disiplin mengatur waktu: kapan harus tidur (jangan terlalu malam), kapan bangun pagi untuk sholat subuh, kapan mandi, kapan berangkat sekolah, sholat 5 kali sehari semalam pada waktunya, waktu mengaji, waktu membaca buku, waktu makan, waktu menonton, waktu bermain, waktu berolah raga, dan lain-lain.

Orangtua mengetahui kisi-kisi dari tema yang akan diajar.  Sediakanlah buku-buku penunjangnya. Buatlah perpustakaan rumah, atau kalau bisa menggerakkan masyarakat sekitar rumah buat perpustakaan bersama, untuk menyediakan sarana bagi anak dalam mencari sumber referensi. Kumpulkan buku-buku pelajaran dari berbagai jenjang pendidikan, buku-buku yang edukatif dan relijius.

Biasakan anak dengan budaya membaca dan mencari informasi yang edukatif dan relijius. Tentukan waktu khusus membaca bagi anak-anak dalam jadwal kegiatan sehari-hari.  Baik membaca buku yang sesuai dengan tema pelajaran di sekolah, atau hal-hal lain yang bersifat edukatif dan relijius,  Orangtua harus memberikan  teladan senang membaca buku.

Sediakan komputer atau laptop dirumah supaya mudah mengakses internet.  Internet  akan memudahkan anak mencari segala informasi yang dibutuhkan.Ajarkan kepada anak bahwa gunanya internet bukan hanya untuk main games online.  Yang terpenting adalah mendapatkan informasi dengan mudah dan cepat.  Dorong anak untuk bisa mandiri mencari informasi yang diperlukannya, dengan memanfaatkan internet.  Jadi, anak tidak tergantung kepada orangtua dalam mencari jawaban-jawaban atas berbagai hal yang ingin mereka ketahui.

Setiap anak akan terlihat potensinya masing-masing. Oleh sebab itu, orang tua harus bisa memahami, bahwa setiap anak punya potensi yang berbeda. Orang tua jangan memaksakan anaknya untuk mengikuti les atau private mata pelajaran tertentu yang diluar kemampuannya, sebaiknya anak diasah pada potensi yang paling unggul dibidangnya.

Di rumah, orangtua bertanggung jawab sepenuhnya untuk membentuk karakter anak yang memiliki kepribadian sebagai muslim yang taat kepada Allah Swt, Rasulullah Saw, dan berbakti kepada kedua orangtua. Orangtua bertanggung jawab untuk memberikan kajian ke-Islaman, sehingga anak memiliki wawasan pemikiran Islam yang akan dipakainya untuk menilai peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikanlah:  bersih dan lurus akidahnya, benar dan bagus ibadahnya, bagus akhlaknya, memiliki ketrampilan untuk hidup, luas wawasan berpikirnya, kuat fisiknya, mampu mengendalikan hawa nafsu, disiplin dan teratur, menghargai waktu, bermanfaat bagi orang lain.

Pendidikan Anak Kewajiban Orangtua

Apapun kurikulumnya, orangtua jangan pernah lengah terhadap kewajibannya untuk mendidik anak  agar tetap dalam keadaan fithrah yang tauhid. Jangan sampai mereka jauh dari ajaran Islam bahkan menjadi penentang syariat Islam. Nabi Saw bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka bapak ibunyalah yang menjadikan mereka menjadi  yahudi, nasrani atau majusi”.

Lebih-lebih lagi di tengah arus sekulerisasi, pluralisasi dan liberalisasi. Orangtua harus lebih waspada dan lebih memperhatikan perkembangan kepribadian anak-anak mereka. Allah Swt berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman!  Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan terhadap mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS At Tahrim: 6).

Selamat mendidik anak-anak anda  menjadi anak-anak yang cerdas, terampil, berwibawa, penuh daya cipta, serta solih dan solihah, cinta Allah dan Rasul-Nya dengan patuh kepada syariat-Nya, cinta kepada kedua orang tua dan saudara-saudaranya, serta bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Wallahua’lam!

Simulasi Jangka Sorong