DEN HAAG - Minggu lalu, seorang fotografer asal
Trouw, Jorgen Caris tidak diizinkan untuk memotret seorang Muslimah. Dia
diizinkan oleh ayahnya untuk menjadi objek fotografi hanya jika
diambil oleh seorang fotografer perempuan.
Aturan yang sederhana,
Caris mengatakan. "Jika seseorang memiliki aturan bahwa tidak boleh ada
orang asing masuk ke rumahnya, maka saya tidak akan menyalahi aturan
itu. Itu tidak akan menjadi nilai tambah sebuah foto."
Menurut Muslim, kontak
antara lelaki dan perempuan tidak diperbolehkan, jika tidak ada
hubungan keluarga, ujar Nahed Selim, penulis tentang Islam dan
Emansipasi Wanita. Berita GPD sudah mengirim seorang fotografer
perempuan untuk Muslim perempuan. Kepala editor foto, Rob Croes,
mengatakan bahwa dengan begitu semua lebih baik dan lancar. "Saya tidak
melihatnya seperti tunduk pada prinsip-prinsip orang lain, tetapi
sebagai pengambilan langkah-langkah pencegahan demi mencapai tujuan
tertentu".
Namun, dia merespon dengan cara yang berbeda dengan keinginan dari
orang-orang terkenal Belanda. "Ketika mereka membuat tuntutan mengenai
siapa yang mengambil foto, saya berkata: "Kami memutuskan bagaimana foto
akan diambil dan oleh siapa. Mengapa memakai dua standar? Karena saya
pikir keunikan dari budaya atau agama yang berbeda dengan permintaan
pers dari soapie (aktor muncul dalam opera sabun)".
Nahed Salim tidak
setuju, dan lebih memilih untuk membuat pilihan yang prinsipil dari
seorang fotografer. Dia mengatakan bahwa jika seorang laki-laki
fotografer tidak diperbolehkan masuk, maka seorang muslim wanita seperti
itu tidak akan difoto. Orang-orang Belanda akan melihat bagaimana
dogmatis wanita-wanita tersebut. Dia berpikir itu lebih berbahaya bila
perempuan Muslim ortodoks, seperti Halal Girls (Meiden van Halal)
mengambil tampilan dan emansipasi modern.
Fotografer Joost van
den Broek bekerja untuk De Volkskrant, memiliki fokus terutama pada
masyarakat multikultural. Dia tidak pernah harus berurusan dengan
perempuan muslim yang tidak ingin difoto karena dia seorang laki-laki,
meskipun dia harus berurusan dengan orang-orang yang tidak ingin foto
sama sekali.
Dia baru-baru berada
di Pegunungan Rif (Maroko) dimana ia dilempar batu tepat di kepalanya
ketika ia mengambil foto seorang perempuan. Beberapa wanita Muslim
menjaga tradisi bahwa tidak ada gambar orang yang boleh diambil. Mira
Media, sebuah organisasi yang ingin mendorong keanekaragaman di media,
menyesalkan hal itu. "Perbedaan di media menjadi lebih terlihat ketika
perempuan muncul dalam foto," kata Giovanni Massaro dari organisasi itu.
"Penolakan ini memiliki efek restrain".
Joost van den Broek
mencari kemungkinan untuk mendapatkan foto perempuan Muslim pada kamera.
Dia mengatakan bahwa jika permintaan mereka tidak memiliki pengaruh
besar pada gambar yang ingin dia ambil, dia akan mempertimbangkannya.
Kadang-kadang mereka sudah yakin jika ia tidak akan mengambil close-up
dari wajah mereka.
Van den Broek juga
mempertimbangkan jika foto itu mempunyai konsekuensi tersendiri bagi
wanita. Jika dia menyebabkan masalah, maka gambar tersebut haruslah
memiliki tujuan yang sangat penting sekali untuk diambil. Keinginan
untuk mengubah citra Muslim perempuan Belanda dapat menjadi tujuan
semacam itu. Van den Broek mengatakan bahwa jika Anda ingin gambar yang
lengkap, Anda harus mengambil foto mereka, dari yang ortodoks hingga
yang resmi.
Ikram Akachaou Achaffaye tidak ingin difoto untuk Trouw. Dia tidak memiliki masalah dengan foto, apakah diambil oleh seorang laki-laki atau perempuan. Dia memahami bahwa ada wanita Muslim yang tidak ingin dirawat oleh dokter laki-laki, atau tidak ingin berjabat tangan dengan pria, karena terlibat kontak fisik. Tapi foto tidak menyentuh Anda, dan ia melihat ada alasan untuk berpikir mengapa seseorang akan mendapatkan masalah dengannya.
Siswa 20 tahun yang
mempelajari TV dan jurnalistik ini tidak berjabat tangan dengan
laki-laki. Mengenai tradisi tidak boleh difoto, dia mengatakan hal itu
tidak jelas untuknya, walaupun dia sendiri tidak belajar tentang itu.
Foto tidak dapat dihindari di dunia Barat, maka anda harus difoto untuk
membuat paspor.
Ikram Akachaou Achaffaye tidak ingin difoto untuk Trouw. Dia tidak memiliki masalah dengan foto, apakah diambil oleh seorang laki-laki atau perempuan. Dia memahami bahwa ada wanita Muslim yang tidak ingin dirawat oleh dokter laki-laki, atau tidak ingin berjabat tangan dengan pria, karena terlibat kontak fisik. Tapi foto tidak menyentuh Anda, dan ia melihat ada alasan untuk berpikir mengapa seseorang akan mendapatkan masalah dengannya.